Friday 19 August 2011

Catatan Perjalanan Mahasiswa UI - Siri Ke-14


Depok Dalam Lipatan Sejarah....

“ Erti Sebuah Persahabatan”



Musim kuliah sudah bermula lagi. Hari-hari yang berlalu sudah dapat mematangkan diriku. Aku sepertinya sudah mampu mengatur langkah dengan pasti. Hari mendatang harus aku depani dengan berani..

Aku harus berani memilih jalanku sendiri..., aku harus berani menghadapi apa saja situasi yang bakal terjadi...., aku harus berani membuat pilihan mengikut kata hati..., aku harus berani mengharungi liku-liku hidup walaupun masih banyak yang belum pasti.

Bermulanya semester pengajian baru, membuatkan masa-masa untuk bersantai menjadi sangat terbatas. Aku rasakan kuliah yang aku lalui semakin hari semakin pantas. Apalagi semester ini aku memilih untuk mengambil mata kuliah merentasi jurusan dan fakultas.

Aku ingin menambah pengetahuan. Aku ingin meningkatkan kualiti diri, kerana aku tahu sebagai mahasiswa yang menuntut ilmu di luar negara, aku harus bersedia untuk bersaing selepas pulang ke tanah air nanti. Kalau dari sekarang aku tidak mempersiapkan diri, bagaimana pulangku nanti. Bisa-bisa saja nanti, aku akan menjadi seorang penganggur abadi.

Sebagai persediaan memperlengkapkan diri untuk menjadi mahasiswa yang berkualiti, semester ini aku mendaftar lapan mata kuliah. Lengkapnya, lapan mata kuliah dengan 21 jam kredit atau di UI popular kami sebutkan SKS (Sistem Kredit Semester).

Aku mengambil lima mata kuliah wajib Jurusan Sejarah dan tiga lagi aku ambil dari luar jurusan sebagai menambah ilmu dan pengetahuan. Satu mata kuliah ‘Mitologi Jawa Kuno’ dari Jurusan Sastra Jawa, satu mata kuliah ‘Mitologi Yunani dan Romawi’ dari Jurusan Sastra Perancis dan satu lagi mata kuliah ‘Pengantar Ilmu Politik’ dari Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).

‘Sam, kamu kok nekad banget ya, mendaftar mata kuliah banyak sekali?” Fina menegur tindakan yang aku pilih.

“Kamu harus ingat Sam, risikonya tinggi, kita ngak bisa kuliah ‘bareng’ lagi, nanti kalau kamu ‘mentok’ ngak ada yang bakal bantu lho,” Fina sepertinya masih saja cuba menasihati aku.

“Aku ingin mencari suasana yang baru Fin,” aku cuba mencari alasan. Walaupun aku tahu alasan itu tak begitu mudah untuk meyakinkan Fina.

“Baru bagaimana maksud kamu, ngak jelas Sam?” Seperti ku duga, Fina tak puas hati dengan alasan yang aku berikan.

“Fin, aku itu pengin mendapatkan pengetahuan, atau saja ilmu-ilmu baru yang dapat memperluaskan mindaku yang masih sempit ini,” aku cuba mengukuhkan penjelasanku kepada Fina.

“Kalau menurut gue, kamu masih baru di sini Sam, sebaiknya ambil mata kuliah ‘barengan’ kita-kita dulu, supaya saja nanti dapat bantuan anak-anak kalau lagi ada masalah,” Fina terus memberikan saranannya.

“Tapi kita masih akan kuliah ‘bareng’ Fin, buktinya aku masih ngambil mata kuliah wajib jurusan, sama seperti kalian juga,” aku masih saja ingin mempertahankan tindakan yang telah aku pilih.

“Cuma saja aku nambah mata kuliah, tapi itukan cuma untuk mencari ilmu dan pengetahuan baru dari jurusan lain,” aku masih tetap saja mempertahankan keputusan yang telah aku ambil.

“Terserah kamu aja Sam, yang penting kamu bahagia deh!!,” reaksi Fina seperti sudah putus asa memujukku.

“Tapi jika kamu lagi ada masalah, jangan diamkan saja, bilang sama gue atau saja sama anak-anak yang lain, ntar kamu ‘pusing’ sendiri lho,” peringatan Fina menutup perdebatan kami.

FINA.....memang cukup istimewa nama itu. Seorang mahasiswa yang bijak, baik hati, bertanggungjawab. Satu yang paling aku senangi tentang Fina, adalah sikap setiakawan yang ada pada dirinya.

Aku mempunyai pengalaman menarik untuk berkata demikian. Aku masih ingat lagi, pada hari pertama mahasiswa baru menjalani majlis ‘OSPEK’ (Orientasi Pengenalan Kampus), Fina telah banyak mambantu aku. Maklum saja pada ketika itu aku masih sangat-sangat baru di Depok. Masih banyak yang aku belum mengerti terutamanya apabila menerima arahan dari ‘senior’ yang ‘mengerjakan’ kami ketika itu.

Pernah satu ketika seorang ‘senior’ cuba ‘mengenakan’ aku. Ketika itu semua mahasiswa baru disuruh menyanyikan lagukebangsaan ‘Indonesia Raya’. Ketika itu ada salah seorang ‘senior’ menyedari aku cuma menggerakkan bibir saja, lalu dia datang menghampiriku. Akhirnya pecah ‘tembelang’, aku menyanyi tanpa mengeluarkan suara. Sebenarnya aku tak pernah hafal seni kata lagu itu.

Lalu aku diarahkan maju ke hadapan...Aku disuruh berdiri di atas meja, dihadapan semua mahasiswa baru yang jumlahnya kurang lebih mencecah lebih dari seribu orang. Menggigil aku ketika itu, rasa seperti nak ‘terkucil’, tapi aku tahankan.

Aku disuruh menyanyi seorang diri, dan mahasiswa yang lain mendengarkannya sahaja. Aku disuruh menyanyi sampai yang lain semuanya merasa puas hati. Badanku semakin menggigil, seram sejuk jadinya. Apa yang ingin aku nyanyikan, senikatanya saja aku tak pernah hafal.

Aku terus ‘dibentak-bentak’ oleh senior yang tampangnya seperti sangat ‘sadis’. Tapi tetap saja aku tak boleh berbuat apa-apa, diam seribu bahasa...hanya menundukkan kepala.

Sehingga kemudiannya Fina bangun membela.....

“Kak, dia anak dari Malaysia, tentu saja tak bisa nyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’,” kedengaran suara Fina membelaku.

Mendengarkan kata-kata Fina, semua anak-anak mahasiswa pada ketawa besar, sehingga gamat suasana di dalam aula besar fakultas tempat acara.

“Kamu, anak Malaysia. Kenapa ngak bilang-bilang dari tadi,” kedengaran seniorku merendahkan suaranya.

Aku hanya mengangguk dan terus menundukkan kepala. Fina lantas bangun dan berjalan mendekati aku. Fina berdiri disebelahku, memegang tanganku tanda simpati dengan nasib yang ku alami ketika itu.

“Kak, saya saja ganti nyanyikan ‘Indonesia Raya’ untuk temanku ini,” Fina dengan berani menawarkan diri.


Keberaniaan Fina itu disambut dengan tepukan gemuruh anak-anak mahasiswa yang lain. Keberaniaan itu membuatkan aku sangat-sangat kagum dengan Fina....Keberaniaan itu juga menyebabkan aku terlepas dari ‘kesengsaraaan dikerjakan’ oleh senior.


Itulah Fina, teman yang sentiasa aku kenang kerana jasa-jasanya. Walaupun raut wajahnya serius, tegas dan jarang tersenyum...,tapi Fina tetap merupakan antara temanku yang ‘istimewa’ kerana baik hatinya. Sayang sekali waktu itu aku dengar dia sudah punya ‘pacar’. Kalau tidak sudah tentu dia yang aku pilih, bukannya Riries yang ku kenal kemudiannya..

Hari ini aku belajar erti sebuah persahabatan......persahabatan yang tak pernah mengharapkan balasan....persahabatan yang melahirkan semangat kesepaduan....persahabatan yang tak pernah mengenal erti batas dan sempadan.....persahabatan yang menzahirkan keikhlasan....persahabatan yang siap bersama berkorban.....persahabatan yang terus kekal abadi dan berpanjangan....


Terima kasih Fina.....kamu insan yang istimewa......


Samsul Kamil Osman,

19 OGOS 2011

No comments: