Tuesday 23 August 2011

Catatan Perjalanan Mahasiswa UI...

Coretan Kenangan Buat Sahabatku Andi Lubis

Alhamdulillah hari ini aku masih diberi kekuatan untuk meneruskan coretan, mengorek ingatan untuk dijadikan santapan buat pembaca yang budiman. Bersyukur kepada Allah s.w.t., yang masih memberi daya ingatan yang kuat untuk aku mencungkil kembali kenangan masa lampau bagi dijadikan bahan persembahan.

Dalam mengharungi liku-liku kehidupan untuk mengisi suatu perjalanan mencapai impian, cukup banyak sekali dugaan dan rintangan yang terpaksa dilalui. Tetapi dalam menghadapi semua liku-liku tersebut, kita masih boleh mengukirkan senyuman, kerana kita sebenarnya tidak sendirian. Kita masih didampingi oleh teman, sahabat @ juga rakan-rakan yang bertindak menjadi kekuatan…., kekuatan untuk mengharungi segala cabaran.

Bercerita mengenai sahabat @ teman, memang banyak hal yang tak terlepas untuk kita ungkapkan kembali sebagai kenangan. Apalagi buat orang seperti aku, yang pernah mengharungi hidup mencari ilmu di perantauan.

AHMAD AFENDI LUBIS (Almarhum)…., Beliau adalah teman yang menjadi pilihan. Pilihan untuk aku kongsikan kisah dan perjalanan hidup kami sepanjang bergelar mahasiswa Universitas Indonesia. Sebelumnya, terlebih dahulu kita sedekahkan al-fatihah…,semoga rohnya dicucuri rahmat oleh Allah s.w.t.

Andi panggilan mesra yang terbiasa kami gunakan. Seorang yang berpewatakan tegas, mempunyai prinsip diri yang jelas, sentiasa menampakkan raut wajah yang serius dan sangat ‘pelit’ melemparkan senyuman.

Andi Lubis, kali pertama bertemu dan berkenalan ketika mendaftar mata kuliah di Jurusan Sejarah FSUI, tepatnya pada hari pertama kami berkumpul melaporkan diri di Jurusan. Penampilannya serius dan cara pertuturannya yang tegas, cukup membuat aku rasa sukar untuk mendekatinya. Apalagi jika ingin berteman baik dengan beliau ketika itu. Sebab itu juga mengapa aku lebih memilih untuk mendekati anak-anak ‘cewek’ yang lebih mudah mesra dan sangat senang menghulurkan bantuan.

Tapi namanya anak rantau, sudahlah menumpang tempat mencari ilmu… Aku tetap harus berbaik dengan semua orang. Maka Andi tetap aku dekati, walaupun ketika itu, kami tak punya banyak keserasian untuk menjadi teman dekat.

Kenangan di FSUI & Anak-anak Sejarah Angkatan 89

Selain Andi, ada beberapa orang lagi teman ‘cowok’ yang masih dapat ku ingat nama mereka…Antaranya, Ifyani anak keturunan Jawa dari Perkalongan (mungkin saja sekarang sudah jadi pengusaha batik), Darma (Chiq) anak yang senang dengan Muzik Jazz, Adi Patrianto paling disenangi kerana cepat mesra, Adianto, Wanto, Edwar Mukti (Edo), Arieff, Hamid, Pongky ( aku ingat kerana anak ini lucu penampilannya), Sony, Rudi (Almarhum), Irwan, Jaenal Abidin, Bart Lapian, Chandra, Mohd Zain, kami sama-sama dari Malaysia dan Mustafa Kamal ketua Angkatan Sejarah 89.

Dari sebaris nama yang disenaraikan, tetap saja kenangan mengenali dan kesempatan berpeluang bersama Andi sukar untuk aku lupakan. Kami memiliki pengalaman dan kenangan bersama, yang mungkin juga teman-teman yang lain tidak mengetahui dengan sepenuhnya.

Pada awalnya, aku tidak terlalu rapat mengenali Andi. Aku juga pada awalnya tidak menduga akan berkawan baik dengan beliau. Apalagi aku sebenarnya sukar untuk membaca sikapnya yang serius, terutama setiap kali kalau diajak bicara, atau juga ketika berdiskusi. Sikapnya yang suka mematahkan segala hujah-hujan kami setiap kali berdiskusi membuatkan aku tidak menyenanginya.

Andi punya kebiasaan suka mematahkan hujah teman-teman. Setiap kali kami diberi tugasan untuk membuat pembentangan dalam kuliah, Andi merupakan salah seorang mahasiswa yang paling ingin dihindar. Kalau Andi tidak masuk ketika membuat pembentangan, hati akan rasa tenang kerana tidak akan ada yang menentang hujah yang disampaikan. Tapi jika terlihat kelibat Andi di dalam ruangan, anak-anak yang diberi tugasan akan nampak gusar, apa lagi kalau mereka itu ‘cewek’, pasti sampai menangis akan Andi ‘kerjakan’. Bermacam-macam soalan diajukan, sehingga ada kalanya anak-anak menangis memikirkan jawapan.

Andi memang luar biasa, kalau berbicara tidak ada putusnya, ada saja hujah yang akan dibawa. Andi tidak pernah mahu kalah, setiap hujah kita akan segera dipatahkan. Mungkin saja kerana dia sangat petah berkata-kata, tegas berbicara, membuatkan kita mengaku kalah.

Kesenangan Andi adalah berhujah. Apa saja topic yang menjadi bahan bicara kita pasti akan beliau sanggah. Teman yang selalu menjadi lawan beliau berhujah tentu sekali Mustaffa Kamal ada kalanya juga Ifyani kerana topik mereka lebih kepada hal-hal yang ‘Islami’. Aku juga dapat rasakan, bila teman-teman membaca tulisanku ini mereka akan bersetuju dengan pendapatku yang satu ini.

Andi dan Kamal kalau bertemu, ibarat pepatah Melayu ‘ seperti buku bertemu ruas’ , ada saja topik yang akan terus dibahas. Mustaffa Kamal seorang yang tenang, berhujah secara matang dan punya ketokohan menjadi pemimpin di masa mendatang. Dugaan aku ada benarnya, Mustaffa Kamal sekarang sudah sukses dalam kerjaya politiknya, menjadi pemimpin besar di Indonesia. Malah terakhir beliau telah diangkat menjadi Ketua Fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia.

Andi pula seorang yang cepat mengeluarkan pendapat senang mematahkan hujan lawan. Pada suatu ketika bila aku lihat Andi dan Kamal berhujah, serasa tak akan ada yang bakal mengalah. Akhirnya masing-masing tetap mempertahankan prinsip yang dibawa, menjadikan forum tak pernah ada sudahnya. Besok bertemu semula dan hujah masih diteruskan…maka jadinya….hujah…, berhujah….dan terus berhujah…sehingga tak dapat pasti bila akan ada sudahnya…

Suatu hari Andi mendatangi aku di kost. Aku terkejut kerana tak pernah menyangka itu bakal terjadi. Lalu aku menjemput Andi masuk dan kami berbual tentang banyak hal. Walaupun ketika itu tidak ada topik khusus yang kami bicarakan. Aku sendiri tidak pasti, mengapa Andi memilih aku untuk didekati…., berkongsi cerita dan mencurahkan rasa hati. Aku sendiri sebelumnya tidak begitu dekat dengan beliau, berbanding dengan Kamal dan Ifyani atau saja Adi Patrianto yang lebih mudah aku dekati.

Waktu itu memang sulit untuk aku mengerti, asal penyebab Andi datang berkunjung. Dalam kunjungan itu aku sedikit sebanyak dapat memahami, mendekati dan mengenali Andi. Ternyata dalam sekeras-kerasnya beliau, masih tetap ada jiwa halus yang melembutkan hati. Andi tidak sepenuhnya seperti yang aku gambarkan sebelum ini. Andi juga insan biasa yang sangat menginginkan simpati.

Sejak kunjungan tersebut, Andi dan aku menjadi teman yang sangat dekat sekali. Banyak yang kami kongsikan bersama, terutama hal-hal yang berkaitan dengan perjalanan hidup. Tentu saja tak semua patut aku ceritakan di sini, tapi cukuplah aku katakan Andi menyimpan terlalu banyak rahasia, terutama yang berkaitan dengan keluarga, dan siapa sebenar dirinya. Apa yang kami kenal sebelumnya bukan cerminan dirinya yang sebenar, tapi itu Andi yang bertopeng-topeng untuk menutupi banyak persoalan diri yang tak mampu diungkapkannya sendiri.

Hari demi hari yang berlalu pergi….Andi sudah menjadikan kostku seperti kamarnya sendiri. Tapi itu aku tak pernah peduli. Untung saja kamar kost ku memang untuk diisi dua orang, Cuma aku saja yang mau duduk sendiri. Tapi pengalaman bersama Andi memang cukup istimewa. Masa banyak dihabiskan dengan membaca. Adakalanya aku tak dapat pastikan bila dia melelapkan mata. Setiap kali aku terjaga, Andi masih saja seperti sedia…, membaca dan terus membaca.

Itulah sebabnya aku meletakkan Andi sebagai insan yang istimewa. Membaca buku menjadi santapan hariannya. Baru aku mengerti mengapa Andi hebat berhujah, tentu saja pengetahuannya luas, bacaannya sungguh tak terbatas.

Masa berlalu begitu cepat dan pantas. Tiba masa kami harus berpisah, terutama setelah aku sudah di hujung musim-musim kuliah. Aku harus cepat-cepat menyelesaikan kuliahku kerana biasiswa yang ditawarkan terbatas waktunya. Aku dan Andi terpaksa akur kapada ketentuan waktu. Menjelang ujian skripsiku…aku harus melakukan penilitian lapangan untuk mencari bahan untuk dipersembahkan. Kebetulan kajian skripsiku menuntut untuk aku kembali ke Malaysia untuk meneruskan kajian lapangan. Maka aku dan Andi tak lagi dapat bersama seperti sebelumnya.

Tapi sebelum aku pulang untuk melakukan penelitian, Andi sempat berpesan;

“Sam, kau jangan lupa tuhan, tuhan banyak memberikan kepadamu kesenangan, tuhan banyak menyalurkan kepadamu kebahagiaan, tuhan telah menganugerahkan kepadamu kejayaan,” Pesan Andi yang masih aku ingat dan tak akan pernah aku lupakan.

“Sam, ini tafsir al-Quran, dulu memang aku selalu gunakan untuk dijadikan panduan, tapi sebagai menghargai sebuah persahabatan, kau simpan saja dan jadikan pendoman,” Pesan Andi ketika menghadiahkan sebuah taksir al-Quran yang masih aku simpan sebagai kenangan.

Andi, sungguh tak ku duga kau pergi meninggalkan kami buat selama-lamanya. Aku tak pernah tahu kau sedang bertarung nyawa melawan penyakit ketika kita bersama. Kau tak pernah menunjukkan tanda-tanda, membuatkan teman-teman merasa sangat kecewa. Aku hanya mendapat khabar permergianmu mengadap Ilahi dari teman-teman saja. Sebagai teman setiamu, terasa sedih sekali kerana tidak dapat bersama, mengiringi jenazahmu ke persemadian terakhir. Aku hanya dapat khabar tentang pemergiaanmu setelah beberapa hari kau disemadikan. Sesungguhnya seperti aku tidak dapat mempercayainya…kerana sebentar rasanya kita tak jumpa saat itu. Tapi itu sudah menjadi ketentuan Allah, tidak ada sesiapa yang menolak atau menafikannya.

Andi, sesungguhnya kau adalah insan istimewa…., tidak ada sesiapapun sebenarnya yang mengenalimu dengan pasti…., tidak ada sesiapapun di antara kami yang dapat mengerti siapa kamu yang sebenarnya…., tidak juga ada teman-teman yang mengerti apa yang ingin kau titipkan melalui pesan-pesan yang kau tinggalkan….., tidak semua teman yang dapat memahami setiap bait ayat yang kau ucapkan …

Andi, meskipun kau telah lama pergi. Namun kenangan bersamamu tetap abadi di jiwa kami. Hadirmu pernah mengisi hari-hari kami, pemergianmu tak sempat kami tangisi. Tapi setelah kau pergi kehilanganmu amat sekali kami rasai.

Kepada teman-teman semua, setiap kali kita mengenang sahabat kita yang satu ini, marilah kita sedekahkan al-Fatihah buatnya. Bersama-sama kita panjatkan doa, semoga Allah mengampuni segala dosa-dosa dan mencucuri rahmat ke atas roh sahabat kita Almarhum Andi@Ahmad Afendi Lubis.

Semoga kau ditempatkan di sisi orang-orang yang beriman dan beramal soleh sahabatku Andi Lubis…..Amin

Salam kenangan dari kami semua….

Kau sentiasa abadi dalam ingatan kami…..

Teratak Shamida,

23 Ogos 2011

1 comment:

Rini Elvirawaty said...

Assalamualaikum Bang...saya Rini, dr Indonesia. mau tanya, apa yg abang maksud dr tulisan ini adalah almarhum Andi Arfandi Lubis, Sejarah UI angkatan 1989? coming from bukittinggi Indonesia ? kalo benar, beliau adalah my brother in law...just wanna thanks that you still remember him...thanks alot!