Sunday 14 August 2011

Catatan Perjalanan Mahasiswa UI - Siri Kesembilan

Depok Dalam Lipatan Sejarah –

Berhujung Minggu ke Puncak, Bogor.

“Sam, hujung minggu ini mau gak temenin gue main ke Puncak, gue lagi pengin nyari udara segar sambil kita berdua bisa santai menikmati hari libur bersama,” suara manja Riries mempelawa aku menjadi temannya mengisi cuti malam minggu nanti.

Ajakan itu membuatkan aku seperti bermimpi, tapi masih ragu-ragu lagi apakah sebenarnya ajakan itu hanya mahu menguji, aku menjadi seperti tak pasti, tetapi jauh dilubuk hati…rasa girang tidak terperi.…apakah ini menjadi bukti…Riries ingin dekatkan diri.....mengubat rindu menawan hati…kekasih yang jauh tak perlu diingat lagi…Riries telah menambat hati…menghapuskan rindu menghiburkan diri…

“Siapa aja yang ikut nanti Ries? Kalau gue sih gak masalah, soalnya gue sendiri belum pernah pernah ke sana ,” tanya aku pada Riries untuk dapatkan kepastian. Tapi aku sebenarnya sangat mengharapkan jawapan kami berdua saja yang akan ke sana nanti.

“Gue udah ngajak anak-anak yang lain, tapi gak ada yang pada mau ikutan tu, payah…anak-anak udah pada janjian untuk acara lain,” suara Riries kedengaran seperti sedikit kecewa.

“Sam, elo gak masalah untuk ikutan kan?..aku mau berdua ama elo aja deh….romantis lho,” suara Riries memujuk membuat aku malu dan tersenyum.

Mendengarkan perkataan ‘romantis’ itu sudah cukup membuat aku menjadi tidak menentu. Perasaan suka bercampur terharu, sepertinya aku dapat rasakan Riries sudah jatuh hati padaku. Apakah ini tandanya bibit-bibit cinta mula berputik… ini kah dia yang namanya ‘cinta kampus,’ cinta yang hadir secara terus….walaupun sebenarnya masih berkabus…tapi cukup dapat menghibur….untuk mengisi masa yang tak terurus.



‘Puncak' merupakan tanah tinggi yang terletak di Kota Bogor, Jawa Barat. Di sini terdapat kawasan peranginan tanah tinggi sama seperti Cameron Highland di Malaysia. Tapi bezanya kawasan tanah tinggi di Puncak, Bogor ini masih alami, masih semulajadi alam flora dan faunanya. Sepanjang kawasan peranginan ini sangat sejuk dan di sepangjang perjalanan menyelusuri daerah ini penuh dengan kehijauan….kehijauan yang sangat sejuk mata memandang, menjadikan kita merasa sangat tenang dan damai. Itu sebabnya setiap hujung minggu sangat ramai datang berduyun-duyun mencari ketenangan sambil menghirup udara yang dingin, segar dan nyaman.

‘Puncak’ juga punya tarikan yang tersendiri kepada penggemar-penggemar lukisan untuk mendapatkan coretan lukisan kanvas yang alami. Tepatnya terletak di puncak pusat peranginan ini terdapat sederatan pedagang atau mungkin juga pelukisnya sendiri menawarkan lukisan lakaran gambar-gambar alam semulajadi yang sangat alami dengan harga mengikut kemahuan si pembeli. Ada kalanya dengan harga yang tinggi…..ada kalanya juga dengan harga yang rendah sekali…Melihat gelagat tawar menawar dalam jual-beli lukisan ini…aku merasa sangat tak pasti…apakah sebenarnya nilai yang diberi….mungkin saja bagiku itu hal yang biasa bagi orang seni…sesuatu punya nilai yang tersendiri….kerana mereka yang lebih pasti….menjadikan suasana gamat sekali…tetapi apa yang pasti ada kepuasan bagi penjual dan pembeli.

Selain itu...di sepanjang jalan menelusuri kawasan dataran bukit tinggi ini aku sangat terpegun dengan kehijauan tumbuh-tumbuhannya yang beraneka jenis. Di tambah lagi dengan kecantikan bunga-bungaan yang beraneka corak dan penuh warna warni. Melewati deretan perkebuanan the pula membuatkan aku teringatkan Cameron Highland di tanah air, tapi di sini sepertinya lebih alami, kerana kawasan bukitnya masih tak tercemar lagi.

“Sam, kalau mau ke Bandung dengan bis kita harus lewat kawasan ini, jadi permandanganya sangat cantik dan alami. Malah di Bandung juga udaranya dingin seperti ini lho,” suara Riries memecah kebuntuan.

“Aku pengin juga ke Bandung suatu hari nanti, katanya cewek-cewek Bandung manis-manis sekali,” aku bersuara untuk merancakkan perbualan.

“Dasar cowok mata keranjang, asal ngomong itu mikirnya cewek aja,” Riries mencelah sambil mencubit tanganku.

“Nanti kalau ada libur panjang, aku mau aja temanin kamu main ke Bandung, gue juga punya paman di sana, nanti bisa langsung kita bertemu paman aku,” suara Riries menawarkan diri.

Suasana berada di Puncak menjadi lebih menarik bila hari beransur malam, langit cerah beransur gelap… dingin terasa semakin mendekam sehingga ke tulang.

“Sam, kamu terasa gak dingin sekali di sini, lihat di sana…hari ini kan malam minggu, makanya ‘rame’ sekali di sini,” kata Riries bila milihat aku kedinginan.

“Malam minggu malam ‘kencan’ bagi pasangan yang berpacaran, kalau di sini malam minggu itu malam untuk pasangan kekasih memadu asmara dan janji Sam,” sekali lagi Riries sepertinya ingin menjelaskan suasana yang sedang aku saksikan saat itu. Memang ketika itu aku menjadi sangat ‘kaget’ melihat pasangan kekasih datang bersilih, menyebakan suasana menjadi sangat meriah….Puncak yang siangnya tadi sepi, berubah di malamnya seperti akan ada pesta yang terjadi.

Tiba-tiba aku merasa sungguh dingin sekali, melihat jarum jam telah menunjukkan jam 1.00 pagi. “Ries, kita mau ke mana aje lagi….udah jam 1.00 pagi lho,” aku menanyakan Riries untuk kepastian.

“Kamu udah capek ya Sam, nanti kita main ke tempat tante aku aja, dia ada villa tak jauh dari sini, kita nginap di villa itu aja ye,” jawab Riries menutup keresahanku.

“Jangan takut Sam, tante aku pasti senang menerima tetamu dari Malaysia, aku udah bilang ama dari kelmarin lagi mau bawa elo mampir ke sini,” kata-kata Riries itu sedikit meredakan kerisauan aku. Aku sebenarnya risau memikirkan akan ke villa itu hanya berdua, maklum saja ini pertama kali aku keluar berdua hingga ke larut pagi bersama Riries. Takut juga jika nanti akan dipandang serong oleh orang lain. Apa lagi aku ini anak rantau, nanti dikira melarikan anak gadis orang pula.

Aku tak pasti jam berapa kami sampai di villa tante Aliea. Tante Aliea adalah kakak kepada ibu Riries. Setelah berkenalan secara ringkas aku dihantar ke kamar tetamu oleh tante Aliea, Riries pula terus berbual dengan anak-anak tante Aliea. Aku pamit untuk terus berehat kerana terlalu letih seharian meninjau daerah Puncak yang sangat istimewa dan memikat kerana keindahannya.

Semoga saja aku bisa bangun awal esok hari, dan seterusnya menikmati alunan nyanyian unggas di tanah tinggi, merasakan nyamannya menghirup udara pagi…menyegarkan minda melapangkan hati…baru rasa terhibur hati…bertandang ke Puncak tak terasa rugi…dapat menemani ‘si buah hati’….cinta berputik terasa indah sekali…..hidup dirantau tak lagi sendiri…mengejar impian menjadi lebih pasti…..agar kejayaan ku julang jua nanti….supaya terbalas jasa dan bakti….ibu dan ayah yang menunggu dengan pasti.

Samsul Kamil Osman

14 Ogos 2011



No comments: